CATATAN SINGKAT TENTANG HAKEKAT PENDIDIKAN
oleh: David Kurniahuda
Rosululloh saw bersabda “ jadilah kamu para
pendidik yang penyantun, ahli fiqih dan berilmu pengetahuan. dan dikatakan
predikat “rabbani” apabila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu
pengetahuan, dari yang sekecil-kecilnya sampai tingkat yang lebih tinggi” (diriwayatkan
oleh Bukhori dari Ibnu Abbas)
Pendahuluan
“Pendidikan
adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup”
Dari ungkapan dalam satu kalimat diatas dapatlah dipahami
bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan adalah suatu proses hidup yang
dijalani manusia dari bayi sampai meninggal dunia dalam menyadari
kemanusiaanya.. bukan bermaksud mengesampingkan peran pendidikan dalam
kehidupan yang telah mengalami
globalisasi (kehidupan mendunia tanpa batas). akan tetapi pengertian pendidikan
telah mengalami sebuah pergeseran yang pelan tapi pasti dalam mendekonstruksi pengertian
pendidikan hanya menjadikan manusia yang mekanistis, mengejar kuantitas pribadi
mengsampingkan kualitas potensi dan kehilangan inti proses dalam kehidupan.
yaitu manusia yang sadar sebagai abdillah dan sebagai khalifah fil ardh. inilah
kenapa membahas tentang apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan dalam arti
dasarnya menjadi suatu keniscayaan yang terus-menerus perlu ditranformasikan sebagai
salah satu usaha dalam merekontruksi pendidikan sesuai dari tujuan awalnya.
Hanya sayangnya kesulitan itu jelas ada dihadapan kita bahwa
paradigma umum terkait pendidikan selalu dikaitkan dengan pekerjaan, baik dalam
arti lahir dan subtansinya. banyak kita jumpai sebuah lembaga- lembaga
pendidikan yang berusaha merintis untuk menegembalikan hakekat tujuan
pendidikan yang implementasikan konsep tersebut ke dalam kurikulum pendidikan mereka.
akan tetapi kontruksi masyarakat telah beredar bahwa pendidikan adalah alat
untuk mencari pekerjaan semata. sungguh maklum kita apabila perspektif yang kita
pakai adalah ekonomi. akan tetapi kita akan merasa ikut prihatin terkait
gejala-gejala yang mengkaburkan perbedaan antara pendidikan dan pendidikan
sebagai alat mencari pekerjaan. sehingga kita sulit berharap untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik selama pendidikan itu berbasis materialistic
hedonis. karena pendidikan semacam ini terkait tranformasi mata pelajaran
umumnya / ilmu pengetahuannya bersifat free value (bebas nilai), apalagi
nilai-nilai agama dianggap sebagai penghambat kemajuan.
Dengan segala kerendahan hati penulis merasa bahwa untuk
terus belajar memahami dasar/ hakekat pendidikan merupakan
keniscayaan para subyek pendidikan, termasuk Kepala sekolah dan Guru dan stakeholder
sehingga menciptakan konsep yang tertampung dalam kurikulum dan
terimplementasikan secara bertahap dan terus mengadakannya evalusi untuk
mengukur secara kuantitatif dan kualitatif terkait perkembangan siswa terhadap
model-model pembelajaran yang telah dijalankan. tulisan ini adalah setetes ide dari
samudra ide di luar sana yang kami niatkan untuk mengingatkan kita semua sebagai
subyek pendidikan untuk menyadari bahwa, tidak hanya siswa yang belajar, tapi
guru juga butuh terus belajar (tidak harus dalam bangku kuliah) sehingga
setahap demi setahap akan memperbaiki kualitas dalam lembaga pendidikan yang
kita cintai dimana kita mengaktualisasikan diri, bekerja dan mengabdikan diri
kita sebagai pendidik.
Hakekat Pendidikan
Hakekat pendidikan sebenarnya tidak berpijak pada diluar
diri manusia, hal ini karena manusialah sebagi pelaku dalam pendidikan. jadi
pendidikan adalah pengetahuan tentang manusia sedalam arti yang sesungguhnya. Melihat
pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri
adalah sebagai suatu proses memanusiakan manusia seperti yang biasa diungkapkan
oleh para pemikir-pemikir pendidikan. Istilah kemanusiaan secara leksikal
bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia,
atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara
leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan,
menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil
manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai
manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Alloh SWT.
Dalam
konteks yang lebih riil dalam proses pembelajaran. terdapat dua sitilah yang
kadang kita rancu untuk mengartikannya, yaitu pengajaran dan pendidikan. pengajaran
bisa kita artikan sebagai aktivitas nyata
mengajarkan (transfer knowledge) pengetahuan, teknologi dan ketrampilan
serta meningkat kecerdasan dan pengendalian emosinya sehingga seseorang mampu
survive di dalam kehidupannya. sedangkan Pendidikan merupakan aktivitas untuk
melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga
terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu eksis di dalam lingkup
kehidupannya dan mempunyai manfaat (Insan
yang
utuh). dari dua pengertian diatas dapat kita pahami bahwa pengajaran tanpa
pendidikan akan menciptakan anak didik yang kehilangan control nilai baik-buruk
atau benar –salah. sebaliknya pendidikan tanpa pengajaran hanya menjadikan
siswa tidak tertampung potensinya untuk menjadi manusia tertinggal oleh
dinamika kehidupan. sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa di dalam pengajaran
harus ada pendidikan dan di dalam pendidikan juga mewajibkan adanya pengajaran.
Bukanlah
hal yang bisa dibenarkan untuk menangkap arti sebagai abdillah dah khalifah di
bumi, dengan mereduksi sebuah keharusan keharusan yang menyangkut kehidupan
yang luas secara teknis dan kemanfaatanya. Artinya kebutuhan kita untuk terus
mengikuti arus zaman mewajibkan kita untuk terus mengasah ketrampilan dan
kreatifitas terkait ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tanpa kita terbawa
arus yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. karena kedua kata diatas sebuah
gambaran bahwa hakekat pendidikan adalah menciptakan manusia yang sadar atas
kemanusiaanya. sadar akan kemanusiaanya sebagai makhluk yang diciptakan oleh
Allah dan sadar akan tanggungjawab yang terdapat dalam lingkungan kehidupannya
di sekelilingnya. jika pendidikan hanya mencetak untuk menjadi sesuatu yang
tereduksi dari fitrah keutuhannya, maka dalam perspektif ini pendidikan hanya
menjadi proses yang hampa makna.
Apa
Tujuan Pendidikan??
Dalam
Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang System Pendidikan Nasional, dijelaskan,”
pendidikan Nasional bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mengembangkan
masnuia seutunya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yanMaha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribaadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”
Jalan
pendidikan dilakukan dengan pengajaran atau transformaasi ilmu dan pengetahuan.
pada hakekatnya pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih.
usaha tersebut dilakukan selain sebagai transformasi ilmu pengetahuan juga yang
tidak kalah penting adalah transformasi nilai. Pendidikan dalam Islam” basah”
dengan nilai yang menjadi prinsip hidup umat Islam. artinya bisa dikatakan
bahwa Al Quran diturunkan sebagai tarbiyah (pendidikan) untuk menjadikan manusia
yang seutuhnya. sehingga ketika
pendidikan hanya terbingkai dalam materi mata pelajaran tanpa menyangkutkan
tentang nilai ketauhidan, baik buruk,, benar salah dan pendidikan akhlak
pastilah pendidikan semacam ini akan menjauhkan peserta didik terhadap Allah
swt kehilangan control moralnya. Dan sekulerisasi yang telah menggejala dalam
kehidupan adalah imbas yang terjadi ketika pendidikan pada materi umum tidak
dibarengi dengan transformasi nilai agama. yang pada akhirnya pendidikan itu
justru “lari” menjauh dari tujuan awalnya, yang penulis sebut sebagai manusia
mekanis.
Begitu
juga dengan pendidikan Islam, walapun telah mempunyai dasar yang jelas (Al
Quran dan Hadis), apabila tidak dibarengi dengan penjelasan-penjelasan yang rasional dalam proses pembelajaran terkait
materinya akan berdampak pada pembelahan arti terhadap pemaknaan akan
kehidupan, atau mempertentangkan kehidupan dunia dan akherat. Yang justru bukan
untuk menyatukan. atau kurang menyadarkan bahwa ladang menuju akherat adalah
keterlibatan sekecil apapun dalam kebaikan di kehidupan yang telah dianugrahkan
Allah swt kepada manusia. karena yang harus kita sadari adalah agama adalah
aturan yang diperuntukkan manusia di dunia. sehingga fakta-fakta kehidupan
memang perlu dimunculkan, karena memang dari sinilah pendidikan agama itu
bekerja.
Paradigma
tentang pendidikan yang penulis ungkapkan disini sebenarnya bukanlah sama
sekali baru, hal ini dikarenakan berangkat dari para tokoh-tokoh pendidikan
yang merasa resah secara intelektual dan nuraninya terhadap perkembambangan
kondisi Bangsa yang mengalami banyak persoalan yang tak kunjung usai, korupsi,
kolusi, konspirasi politik yang merugikan rakyat, kemiskinan, pengangguran dan
sebagaianya. ternyata berakar dari sebuah sebuah pendidikan. ini hanyalah
sebuah gambaran kecil yang sebenarnya lebih rumit dalam kenyataanya. hal ini
dikarenakan penulis background memang kurang mempunyai peralatan yang memadai
untuk menilai secara obyektif dan terperinci. akan tetapi penulis berharap
bahwa catatan kecil ini dapat kita jadikan awal untuk belajar bersama dalam
menunjang profesionalitas kita. amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar