Selasa, 27 Maret 2012


CATATAN SINGKAT TENTANG HAKEKAT PENDIDIKAN
oleh: David Kurniahuda
Rosululloh saw bersabda “ jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih dan berilmu pengetahuan. dan dikatakan predikat “rabbani” apabila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, dari yang sekecil-kecilnya sampai tingkat yang lebih tinggi” (diriwayatkan oleh Bukhori dari Ibnu Abbas)
Pendahuluan
“Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup”
Dari ungkapan dalam satu kalimat diatas dapatlah dipahami bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan adalah suatu proses hidup yang dijalani manusia dari bayi sampai meninggal dunia dalam menyadari kemanusiaanya.. bukan bermaksud mengesampingkan peran pendidikan dalam kehidupan yang  telah mengalami globalisasi (kehidupan mendunia tanpa batas). akan tetapi pengertian pendidikan telah mengalami sebuah pergeseran yang pelan tapi pasti dalam mendekonstruksi pengertian pendidikan hanya menjadikan manusia yang mekanistis, mengejar kuantitas pribadi mengsampingkan kualitas potensi dan kehilangan inti proses dalam kehidupan. yaitu manusia yang sadar sebagai abdillah dan sebagai khalifah fil ardh. inilah kenapa membahas tentang apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan dalam arti dasarnya menjadi suatu keniscayaan yang terus-menerus perlu ditranformasikan sebagai salah satu usaha dalam merekontruksi pendidikan sesuai dari tujuan awalnya.
Hanya sayangnya kesulitan itu jelas ada dihadapan kita bahwa paradigma umum terkait pendidikan selalu dikaitkan dengan pekerjaan, baik dalam arti lahir dan subtansinya. banyak kita jumpai sebuah lembaga- lembaga pendidikan yang berusaha merintis untuk menegembalikan hakekat tujuan pendidikan yang implementasikan konsep tersebut ke dalam kurikulum pendidikan mereka. akan tetapi kontruksi masyarakat telah beredar bahwa pendidikan adalah alat untuk mencari pekerjaan semata. sungguh maklum kita apabila perspektif yang kita pakai adalah ekonomi. akan tetapi kita akan merasa ikut prihatin terkait gejala-gejala yang mengkaburkan perbedaan antara pendidikan dan pendidikan sebagai alat mencari pekerjaan. sehingga kita sulit berharap untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik selama pendidikan itu berbasis materialistic hedonis. karena pendidikan semacam ini terkait tranformasi mata pelajaran umumnya / ilmu pengetahuannya bersifat free value (bebas nilai), apalagi nilai-nilai agama dianggap sebagai penghambat kemajuan.
Dengan segala kerendahan hati penulis merasa bahwa untuk terus  belajar  memahami dasar/ hakekat pendidikan merupakan keniscayaan para subyek pendidikan, termasuk  Kepala sekolah dan Guru dan stakeholder sehingga menciptakan konsep yang tertampung dalam kurikulum dan terimplementasikan secara bertahap dan terus mengadakannya evalusi untuk mengukur secara kuantitatif dan kualitatif terkait perkembangan siswa terhadap model-model pembelajaran yang telah dijalankan. tulisan ini adalah setetes ide dari samudra ide di luar sana yang kami niatkan untuk mengingatkan kita semua sebagai subyek pendidikan untuk menyadari bahwa, tidak hanya siswa yang belajar, tapi guru juga butuh terus belajar (tidak harus dalam bangku kuliah) sehingga setahap demi setahap akan memperbaiki kualitas dalam lembaga pendidikan yang kita cintai dimana kita mengaktualisasikan diri, bekerja dan mengabdikan diri kita sebagai pendidik.
Hakekat Pendidikan
Hakekat pendidikan sebenarnya tidak berpijak pada diluar diri manusia, hal ini karena manusialah sebagi pelaku dalam pendidikan. jadi pendidikan adalah pengetahuan tentang manusia sedalam arti yang sesungguhnya. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses memanusiakan manusia seperti yang biasa diungkapkan oleh para pemikir-pemikir pendidikan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Alloh SWT.
Dalam konteks yang lebih riil dalam proses pembelajaran. terdapat dua sitilah yang kadang kita rancu untuk mengartikannya, yaitu pengajaran dan pendidikan. pengajaran bisa kita artikan sebagai aktivitas nyata mengajarkan (transfer knowledge) pengetahuan, teknologi dan ketrampilan serta meningkat kecerdasan dan pengendalian emosinya sehingga seseorang mampu survive di dalam kehidupannya. sedangkan Pendidikan merupakan aktivitas untuk melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu eksis di dalam lingkup kehidupannya dan mempunyai manfaat (Insan yang utuh). dari dua pengertian diatas dapat kita pahami bahwa pengajaran tanpa pendidikan akan menciptakan anak didik yang kehilangan control nilai baik-buruk atau benar –salah. sebaliknya pendidikan tanpa pengajaran hanya menjadikan siswa tidak tertampung potensinya untuk menjadi manusia tertinggal oleh dinamika kehidupan. sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa di dalam pengajaran harus ada pendidikan dan di dalam pendidikan juga mewajibkan adanya pengajaran.
Bukanlah hal yang bisa dibenarkan untuk menangkap arti sebagai abdillah dah khalifah di bumi, dengan mereduksi sebuah keharusan keharusan yang menyangkut kehidupan yang luas secara teknis dan kemanfaatanya. Artinya kebutuhan kita untuk terus mengikuti arus zaman mewajibkan kita untuk terus mengasah ketrampilan dan kreatifitas terkait ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tanpa kita terbawa arus yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. karena kedua kata diatas sebuah gambaran bahwa hakekat pendidikan adalah menciptakan manusia yang sadar atas kemanusiaanya. sadar akan kemanusiaanya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah dan sadar akan tanggungjawab yang terdapat dalam lingkungan kehidupannya di sekelilingnya. jika pendidikan hanya mencetak untuk menjadi sesuatu yang tereduksi dari fitrah keutuhannya, maka dalam perspektif ini pendidikan hanya menjadi proses yang hampa makna.

Apa Tujuan Pendidikan??
Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang System Pendidikan Nasional, dijelaskan,” pendidikan Nasional bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mengembangkan masnuia seutunya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yanMaha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribaadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”
            Jalan pendidikan dilakukan dengan pengajaran atau transformaasi ilmu dan pengetahuan. pada hakekatnya pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. usaha tersebut dilakukan selain sebagai transformasi ilmu pengetahuan juga yang tidak kalah penting adalah transformasi nilai. Pendidikan dalam Islam” basah” dengan nilai yang menjadi prinsip hidup umat Islam. artinya bisa dikatakan bahwa Al Quran diturunkan sebagai tarbiyah (pendidikan) untuk menjadikan manusia yang  seutuhnya. sehingga ketika pendidikan hanya terbingkai dalam materi mata pelajaran tanpa menyangkutkan tentang nilai ketauhidan, baik buruk,, benar salah dan pendidikan akhlak pastilah pendidikan semacam ini akan menjauhkan peserta didik terhadap Allah swt kehilangan control moralnya. Dan sekulerisasi yang telah menggejala dalam kehidupan adalah imbas yang terjadi ketika pendidikan pada materi umum tidak dibarengi dengan transformasi nilai agama. yang pada akhirnya pendidikan itu justru “lari” menjauh dari tujuan awalnya, yang penulis sebut sebagai manusia mekanis.
Begitu juga dengan pendidikan Islam, walapun telah mempunyai dasar yang jelas (Al Quran dan Hadis), apabila tidak dibarengi dengan penjelasan-penjelasan  yang rasional dalam proses pembelajaran terkait materinya akan berdampak pada pembelahan arti terhadap pemaknaan akan kehidupan, atau mempertentangkan kehidupan dunia dan akherat. Yang justru bukan untuk menyatukan. atau kurang menyadarkan bahwa ladang menuju akherat adalah keterlibatan sekecil apapun dalam kebaikan di kehidupan yang telah dianugrahkan Allah swt kepada manusia. karena yang harus kita sadari adalah agama adalah aturan yang diperuntukkan manusia di dunia. sehingga fakta-fakta kehidupan memang perlu dimunculkan, karena memang dari sinilah pendidikan agama itu bekerja.
Paradigma tentang pendidikan yang penulis ungkapkan disini sebenarnya bukanlah sama sekali baru, hal ini dikarenakan berangkat dari para tokoh-tokoh pendidikan yang merasa resah secara intelektual dan nuraninya terhadap perkembambangan kondisi Bangsa yang mengalami banyak persoalan yang tak kunjung usai, korupsi, kolusi, konspirasi politik yang merugikan rakyat, kemiskinan, pengangguran dan sebagaianya. ternyata berakar dari sebuah sebuah pendidikan. ini hanyalah sebuah gambaran kecil yang sebenarnya lebih rumit dalam kenyataanya. hal ini dikarenakan penulis background memang kurang mempunyai peralatan yang memadai untuk menilai secara obyektif dan terperinci. akan tetapi penulis berharap bahwa catatan kecil ini dapat kita jadikan awal untuk belajar bersama dalam menunjang profesionalitas kita. amin.                                                                                                                                                                                                                                                                                   






Tidak ada komentar:

Posting Komentar