DUNIA DAN PERENUNGAN
Kesadaran
terbentur kesunyian, entah berapa ribuan bongkahan-bongkahan ingatan yang tidak
mengingatkan sama sekali arti dari sebuah refleksi. Terlena pada kelembutan
tarian buas harapan-harapan yang terus akan menguap karena kehilangan
kepastiannya. Tengggelam dalam ribuan senyuman sendiri yang tersembunyi
kemunafikan, mungkin melegakan.. dan waktu bagai gemerincing koin-koin emas
yang terus teringat-ingat untuk tetap menjala kepalsuan. Telah lama berlari dan
menjauh, sampai otot-otot kesemangatanpun membiasakan diri untuk tunduk dan
memaklumi. sampai tubuh menjadi kaku mengikuti setiap detak jarum jam, lupa
deretan angka yang melingkar.
Tak usah kau
tanyakan sebuah arti, karena arti tak dapat mengimbangi seberapa besar hati mengantongi
keserakahan. Arti tak dapat mengukur setuhan kulit ari dengan halus kemilau
yang tercecap sesuai harap. Kata “arti” hanya sedikit mengganggu saat tertawa
kepuasan untuk lebih lebar. dan kata
“arti” tak mampu membantu untuk mengembalikan kesedihan yang kau anggap dangkal
dan sepele. Bila kau tanyakan arti, apa itu kemajuan di saat derap langkah kaki
zaman menggilasnya. Inilah jalan itu, jalan yang terbaik yang banyak dilakukan
oleh banyak orang-orang pintar. Bila sekali lagi kau tanyakan arti, bersiap-siaplah
dengan kesunguhan yang akan melemparkanmu keluar dari garis zaman.
Lihatlah dunia
bagai lipatan kertas yang tanpa kau lelah sampai di ujung benua. Lihatlah dunia
bagai lukisan seniman ternama dimana aku dapat melihat kornea matamu membesar
karena menatap penuh takjub. Apalagi jika kau menginginkan segala sesuatu yang
instan disinilah surganya. Celah apa untuk keinginanmu yang tidak dapat kau
tumpahkan dimana kaki keraguanmu berjejak. Kau telah banyak berpikir sampai
langkahmu terlihat hati-hati bahkan apa yang kau rasakan sekalipun. Apakah tak
dapat kau tangkap permainan untuk apa para politisi yang kelihatannya
menunjukkan keseriusan membela rakyat, dan tidak pula mampukah kau melihat semangat
apa ustad-ustad di televise yang kau lihat sambil menyiapkan berbuka puasa
kemarin. Kau memahami kontradiksi ini terlalu rumit seperti kau tak mengenal
inilah dunia…
Duduklah
bersamaku, setidaknya rasa kasihanku tidak hanya semata-mata apa yang telah kau
pikirkan. dan rasa kasihan ini mengantarkanku untuk menjadi lebih semangat
mengatakan, lupakan saja bila kau berpikir untuk sekedar mencapai kebijaksanaan.
Dunia ini adalah aku yang mempunyai sifat yang tanpa kau sepenuhnya merasa
menjadi keluargaku, hanya menjadikan bahan tertawaan bagi saudara-saudaramu. Lihatlah
aku tak pernah berpikir sedikitpun atas alasan apa aku menggemakan tertawaku
dan meratapi kesedihanku. Semua itu adalah naluri. iya, naluri manusia yang
memang patut untuk mengapung dipermukaan senang dan sedih. Walau sesungguhnya
kurasakan kedua-duanya adalah kedalaman sepenuhnya.
Jika kau
mengatakan kebijaksanaan bagai sebuah pematang yang tepat menggaris diantara
kelebihan dan kekurangan, yang juga kau katakan memurnikan kembali kemanusiaan
sebagai akibat menghamba pada Tuhan yang katamu Maha Kasih. Dan juga kau pernah
mengatakan kebijaksanaan bukanlah materialisme ataupun idealism, tapi
penglihatan akal sehat dan nuranimu atas sebuah fakta. Sampai hatimu tak bisa
dilepaskan kepedulian pada kepentingan orang yang kau anggap lemah, walau
dengan kemampuanmu yang sangat terbatas. Itu menurutku menyusahkanmu, sampai
aku sendiri bingung untuk memaksa diriku memahami arti kasihanku terhadapmu.
dan sebaliknya tak terpikir olehku kau punya kesempatan untuk mengasihaniku
dengan semuanya ini. karena inilah dunia.
Sebuah dunia yang sakit….
2 pagi
Kamulan,
7 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar